10 Mar 2023
|
Dota 2

Usaha Tak Mengkhianati Hasil, SumaiL Di Awal Karirnya Rela Jual Sepeda Demi Bermain DOTA 2

Anak jaman sekarang biasanya di usia 8 tahun punya cita-cita sebagai dokter, tentara, pilot, atau polisi, berbeda dengan SumaiL yang malah ingin menjadi pemain profesional DOTA 2.

Sebuah pilihan yang berani untuk seorang anak dengan usia yang belum juga menginjak belasan tahun tapi berkat tekadnya yang kuat, SumaiL berhasil membuktikan kalau cita-citanya itu bukan sekedar mimpi belaka. SumaiL berhasil mewujudkan cita-citanya dan menjadi pemain termuda yang pernah masuk ke ajang The International. Pada saat itu, dia masih berusia 15 tahun saat bergabung dengan tim Evil Geniuses dan langsung menyabet gelar juara TI 5.

sumber : The International

 

Syed Sumail “SumaiL” Hassan pertama kali direkrut oleh Evil Geniuses pada bulan Januari 2015. Dengan waktu yang sangat singkat, Sumail mampu memberikan kontribusi yang besar untuk Evil Geniuses, hingga akhirnya Tim Evil Geniuses berhasil mendapatkan gelar juara.

 

Evil Geniuses sendiri beranggotakan Peter “Ppd” Dagger (kapten, support), Clinton “Fear” Loomis (carry), Syed “Sumail” Hassan (mid), Saahil “Universe” Arora (offlane), dan Kurtis “Aui_2000″ Ling. Yang menarik perhatian dari tim ini adalah Sumail (15) di usianya yang sangat dini, dia telah berhasil menjadi milyuner.

 

Sumail lahir dan tinggal di Pakistan, ditempat ia tinggal “game” merupakan sesuatu yang jarang ada dan tidak sepopuler di kota-kota besar. Sumail hidup dari keluarga biasa. Ia bahkan tidak memiliki komputer. Untuk bermain game Sumail harus pergi ke kafe internet (semacam Warnet). Sumail sangat ingin bermain, namun dia tidak mempunyai cukup uang. Untuk dapat memenuhi keinginannya tersebut, sampai pada akhirnya dia menjual sepedanya agar dapat bermain DotA, meskipun hanya untuk beberapa jam saja.

sumber : Evil Geniuses

 

SumaiL pertama kali diperkenalkan dengan DOTA oleh sepupunya saat di usia 8 tahun. Semenjak saat itu, dia jadi tertarik dengan game besutan Valve tersebut dan bermain terus sampai berjam-jam setiap hari. Tapi, untuk bisa bermain game MOBA itu pun SumaiL harus berjuang mati-matian, bro. Kurangnya fasilitas gaming di daerah tempat tinggal SumaiL membuat dia harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk bisa ke warnet yang ada di kota. Karena pada saat itu, game nggak sepopuler kayak di kota-kota besar. Karena ambisinya yang kuat untuk jadi player profesional, dia sampai rela menjual sepeda kesayangannya.

 

SumaiL rela melakukan hal seberani itu karena nggak punya uang lagi untuk main di warnet. Dia nggak mau keinginannya untuk jadi atlet esports berhenti di tengah jalan. Beruntungnya, orang tua SumaiL bukan menentang cita-citanya tapi malah mendukung mimpi sang anak. Untuk bisa membantu SumaiL mewujudkan cita-citanya, Ayah SumaiL bekerja keras hingga bisa mengajak keluarganya buat pindah ke Amerika Utara untuk dapat kehidupan dan pendidikan lebih baik bagi anak-anaknya. Saat tinggal disana, SumaiL mulai mengikuti berbagai turnamen hingga namanya mulai melonjak naik di komunitas Amerika Utara dan ditarik oleh tim Evil Geniuses.

 

Bagaimana menginspirasi bukan? Ketika keluarga mendukung hobi anak untuk bermain game, anak akan mengembangkan hobinya menjadi potensi yang justru membawanya pada sebuah kesuksesan!